Monday 29 July 2013

Aditya berkata Wulan



collegelifestyles.com

Tomohon, 01 Januari 1997


Jika boleh ku ambil mistar dan menakar jarak antara pulau ku dan pulau mu di dalam peta, kita hanya sejauh jengkal tangan. Ya, sejengkal. Sejengkal tanganku bisa mengarungi Laut Jawa. Sejengkal tanganku bisa mengetuk pintu rumahmu. Sejengkal tanganku bisa merasakan semua percikan kembang api yang membuncah ketika imaji rasa mulai menjerat sukma. 
Ku pejamkan mata, sambil tetap jengkal tanganku menghubungi kotaku dan kotamu dalam peta. Pelan-pelan aku menyatu dengan jarak yang terbentang. Aku merasuki setiap inci jarak antara tanahku dan tanahmu. Jiwaku berlari mengikuti garis jengkal tangaku, menuju rumahmu hanya untuk sekedar memastikan kamu tersenyum disitu. Tak sempat ku menyentuh sehelai pun rambutmu, karena waktuku tidak banyak. Aku pun membuka mata, Ternyata aku masih disini, di rumahku. Tapi aku beruntung, jiwaku mengunjungimu dan akan selalu mengunjungimu.
Semoga kau berbahagia di pulau seberang, dan semoga setiap titik syaraf di jengkal tangan kita saling bertukar pesan.

Aditya


Aditya hening sejenak. Dalam keheningan, muncul rasa sakit yang entah dari mana. Seketika ia tidak tahan dengan segala nyeri yang semakin lama semakin menggerogoti tubuhnya. Tubuhnya merengut meminta kristal putih pembawa kebahagiaan. Kokain. Sebenarnya ada yang lebih dari sekedar kokain, tubuhnya meminta hal lain. Bukan kokain, tapi sama candunya dengan kokain. Wulan.

No comments: