Friday 31 January 2014

Menikmati Kenikmatan yang Nikmat

Saat saya masih duduk di bangku SMA, saya suka menenggelamkan diri saya ke dalam banyak hal demi mencari setitik kenikmatan. Setelah sekian lama mencari, akhirnya saya menemukan. Dan kenikmatan versi saya si remaja tanggung pada masa itu adalah ketika saya membaca novel kolosal di tengah situasi belajar yang sangat membosankan sambil menyumbat telinga mendengarkan Herbie Hancock dan David Benoit. Dibandingkan dengan anak-anak lain, bisa dibilang saya ini alien. Tapi, bukankah dalam mencari kenikmatan batin, seseorang perlu menjadi alien sejenak?

Karena terlalu asyik menjadi alien, saya pun sempat lupa bagaimana caranya bertransformasi kembali menjadi manusia, menjadi remaja tanggung pada umumnya. Agak sulit memang, mengingat topik pembicaraan dan kegemaran yang sudah jauh berbeda. Pelan-pelan saya mencoba mendengarkan apa yang mereka dengar, membaca apa yang mereka baca, memakan apa yang mereka makan, menertawakan hal yang mereka tertawakan (walaupun saya tidak tahu di bagian mana letak kelucuannya). Saya jenuh dengan segala aksi coba mencoba ini, dan saya pun memutuskan untuk tetap menjadi alien. Saya tidak ingin mencoba hal baru. Saya akan tetap menjadi seorang remaja tanggung yang lebih suka duduk di pojokan kelas sambil mendengarkan musik Jazz dan membaca buku.

Memasuki dunia perkuliahan, saya pun memutuskan untuk mencoba segala sesuatu demi mencari bentuk kenikmatan batin yang lain. Saya mulai mengikuti kegiatan mahasiswa dan berbagai macam pertemuan dari berbagai bidang ilmu, kegemaran, dan keahlian. Pelan-pelan saya ikuti, tidak perlu terburu-buru. Sampai akhirnya saya sampai di suatu titik, bahwa kenikmatan itu sejatinya ada dimana-mana dan cara menikmati suatu hal pun berbeda-beda. Ketika tahu cara menikmati, disitulah kenikmatan akan diraih. Cara menikmati Sejarah tidak seperti ketika menikmati Kalkulus. Cara menikmati Death Metal pun jauh berbeda dengan cara menikmati musik-musik Celtic. Nikmat membaca tidak akan sama seperti nikmat terjun langsung untuk menjadi pekerja sosial. Dalam menikmati teh, orang Jepang dan Inggris pun punya cara yang berbeda. Tapi tujuannya satu, kenikmatan.

Begitu berlimpah kenikmatan di sekitar kita, tanpa kita sadari. Bukan nikmat yang harus mengikuti kita, tapi kita yang harus pandai membaca nilai kenikmatan dan mencari cara untuk meraih kenikmatan akan suatu hal, bahkan banyak hal.

No comments: