Monday 24 June 2013

Tubuh kita ini tidak ada apa-apanya. Ibarat bangunan yang membutuhkan aura manusia agar tidak mudah rapuh, begitu pun tubuh membutuhkan jiwa di dalamnya agar tidak lekas membusuk. Jiwa membuat tubuh tidak menjadi sia-sia. Sayangnya, jiwa tidak selamanya berada di dalam tubuh. Tubuh yang diisi oleh jiwa seolah-olah hanya memperlambat proses pembusukan tubuh, karena pada akhirnya jiwa akan keluar dari tubuh atas waktu yang telah di tentukan. Jiwa pun akan kembali ke haribaan untuk pemurnian, sebelum jiwa dilepaskan kembali dan melanjutkan kembali kegiatan-kegiatannya bersama tubuh yang baru.

Jiwa memilih tubuh mana yang tepat untuk disinggahi, dan jiwa tidak pernah ditempatkan di tubuh yang salah. Jiwa tahu, ketika jiwa merasuki tubuh, jiwa akan lupa petualangan-petualangan yang pernah ia alami di tubuh yang sebelumnya. Seperti tersesat, ketika jiwa merasuki tubuh yang baru, jiwa menangis.

Bagaimana dengan tubuh? Tubuh akan menjadi sarana visualisasi jiwa. Tubuh tidak akan pernah kosong tanpa guna dan menjadi onggokan daging dengan komponen-komponen kompleks di dalamnya, tapi tubuh akan bergerak dan mulai mengenal luasnya dunia.

Saya selalu membayangkan, setelah tubuh saya ditinggalkan oleh jiwanya, hendak kemanakah jiwa pergi? Siapa yang beruntung mendapatkan jiwa yang pernah merasuk ke dalam tubuh saya? Saya tidak akan pernah tahu. Ketidaktahuan saya tidak akan membuat saya kuatir. Tubuh boleh membusuk, tapi saya yakin, jiwa akan selalu berkelana mencari tubuh yang baru. Dan ketika jiwa menemukan tubuh baru, jiwa akan menjalani hari-hari baru yang masih berupa misteri.

Didedikasikan untuk Khou Peng Fay (1926-2007)
Terima kasih atas hari-hari lalu, ketika saya masih mengenakan seragam oranye menyala dan tas ransel gambar kartun kesukaan sambil duduk di kursi belakang, memandangmu yang sibuk mengayuh sepeda kesayanganmu. Terima kasih.

No comments: