Friday, 4 January 2013

Sudut Kanan, Barisan Terakhir, Perbatasan.


Acara sudah dimulai. Riuh penonton terdengar sampai backstage. Saya gugup. Semua gugup. Memang ini bukan kali pertama saya berkonser, tapi tetap saja ada sensasi tersendiri dalam setiap penampilan. Setiap konser mempunya atmosfer yang berbeda, dan itulah yang membuat saya gugup. Disela-sela rasa gugup itu, masih sempat saya berpikir tentang dia, yang seharusnya berdiri disitu.  

Sudut kanan, barisan terakhir, perbatasan. 

Sayang sekali. Katamu, kamu sudah lama merindukan atmosfer bernyanyi seperti ini. Sekarang saya berada di situasi yang kamu rindukan ini, dan kamu tidak hadir. Saya akan bercerita kepadamu dan membuatmu iri setengah mati.  

Saya berucap didalam hati sambil menyimpulkan senyum pahit. Pahit yang timbul karena rasa rindu. Pahit yang timbul karena balon-balon memori yang terlanjur membumbung tinggi.

Semua bergerak. Saatnya naik ke atas panggung.  

Saya tersenyum kepada para penonton, tuntutan nomor satu para penampil. Saya melihat sekeliling saya. Sebelum lampu sorot menyinari saya dan rekan-rekan penyanyi, saya menyempatkan diri menengok ke arah itu. Tak ada dia. Saya pun tersenyum.

Saya akan membuatmu iri setengah mati. 

Lampu sorot menyinari wajah kami.  Lambaian tangan itu, pertanda kami harus mulai bernyanyi.

No comments: